Kumpulan Cerita Fiksi Karya Bunda Iin

Saturday 28 April 2012

I Wanna Be Emak - Diet!!!


Emak menulis jadwalnya hari ini dengan empat huruf yang diakhiri tanda seru sebanyak tiga kali. Diet!!! Tanda seru tiga kali itu adalah pertanda jumlah berat badan Emak yang bertambah sebulan terakhir ini. Bukan lagi sekilo atau dua kilo, tapi tiga kilogram. Dan Emak panik luar biasa. Jangan menurunkan sekilo, menurunkan setengah kilo saja Emak tak pernah berhasil selama lebih dari lima tahun apalagi tiga! Aduh, Emak benar-benar harus diet!!!

Mulailah Emak merencanakan program Diet!!!nya. Dengan berbekal buku-buku, majalah-majalah dan terakhir tentu saja berburu di internet, Emak mulai menyusun menu Diet!!! Yang sangat detail. Menu 3x sehari, sarapan, siang dan malam ditambah makanan penunjang seperti buah-buahan.

Tentu saja, Emak berbelanja. Emak baru nyadar kalau ternyata, susu rendah lemak itu ternyata lebih mahal. Roti gandum dan cookies rendah lemak semuanya berharga lebih tinggi daripada roti dan cookies biasa. Tapi tak apalah, demi Diet!!!

Senin pagi, seperti biasa Emak selalu menyediakan sarapan pagi buat anak-anak yang mau ke sekolah dan Ayah yang hendak ke kantor. Kali ini Emak membuat nasi goreng dengan telor ceplok serta segelas susu untuk masing-masing anak. Sementara mereka sarapan, Emak biasanya memandikan Ade.

Setelah Ade selesai dimandikan, Emakpun turun ke ruang makan. Anak-anak dan Ayah sudah selesai sarapan. Aneh, nasi goreng di dalam mangkok saji masih tersisa banyak.

“Loh kok, nasi gorengnya masih banyak?” tanya Emak sambil mengumpulkan piring-piring kotor, untuk dicuci.

Abang menoleh. “Maaf Mak, Abang makannya dikit aja. Abang kenyang. Tadi Abang lihat ada roti rasa baru, nah Abang makan itu saja. Enak! Lain kali beli lagi ya Mak!”

Emak terdiam, dia langsung melirik ke tempat ia meletakkan roti gandumnya. Benar saja, rotinya sudah tinggal setengah! Kalau Abang makan setangkup, terus yang lain ke mana? Suara lain menjawab pertanyaannya.

“Iya Mak, Kakak juga tadi minta dibuatin Ayah untuk dibawa ke sekolah. Boleh ya Mak?”

Dari kursi tempat ia duduk, Emak hanya mengangguk sambil tersenyum. Ayah mendekati Emak diikuti anak-anak, secara bergantian ketiganya berpamitan sambil mencium Emak.

“Tadi Ayah juga makan rotinya. Emang benar kata abang, rotinya enak. Gitu dong! Sekali-kali makan roti yang mahalan dikit,” kata Ayah santai lalu mencium dahi Emak.

Dan ketiganya pun pergi meninggalkan Emak dan Ade yang kini berdua saja duduk di kursi meja makan.

Emak menatap Ade yang nampak semangat makan, ia juga memilih sarapan dengan roti gandum. Dengan lesu, Emak mengambil piring kosong. Hari ini batal makan makanan diet, sayang kan nasi goreng dibuang begitu saja. Jadilah Emak pagi itu, sarapan dua piring nasi goreng dan telor ceplok.

Siang harinya, saat anak-anak pulang sekolah. Emak baru saja selesai memasak sup daging dan tumis buncis kesukaan Abang. Ditambah puding mangga yang manis dan kerupuk udang. Begitu mencium baunya, anak-anak yang sedang bermain dengan adenya menyerbu ke dapur.

“Emak, lapar nih! Makan dong!” kata Kakak.

“Iya, ini sudah Emak siapin. Kakak bantu nyediain piring ya.”

“Oke, Mak!” Kakak langsung ke rak piring dan mengambil empat buah piring dan empat buah gelas. Dibawanya ke ruang makan, mengikuti Emak yang membawa semangkok sup daging.

Setelah kembali lagi mengambil nasi dan sayur tumis buncis yang sudah tersaji dalam pinggan, Emak membantu anak-anak mengambil makanan itu ke piring mereka. Namun Emak tak mengisi piringnya samasekali, membuat Kakak melihatnya dengan bingung.

“Emak gak makan?” Kakak bertanya.

“Gak, Emak nanti saja,” jawab Emak sambil menggeleng.

Abang terlihat kecewa. “Yaaah, gak enak. Gak asyik kalau makan gak ditemani Emak. Ayo dong, Mak! Makan bareng.”

Emak diam sejenak. Tapi tiga pasang mata melihatnya penuh harap. I am a row model for my children. Kalau tak makan, bisa jadi nanti anak-anak pun mencontohnya. Emak mengambil piring dan mulai memenuhinya dengan menu makan siang. Anak-anak tersenyum girang.

“Naah, kita jadi semangat nih makannya! Selamat makan, Emak!” dan merekapun mulai berdoa, makan siang dengan ramai dipenuhi cerita-cerita saat di sekolah tadi seperti hari-hari lain. Tanpa sadar, anak-anak makin berselera makan, minta nasinya ditambah dan Emak pun lupa program Diet!!!nya, Emak juga nambah porsinya lagi.

Sore hari saat Ayah pulang. Setelah mandi dan berganti pakaian, Ayah langsung duduk di hadapan Emak, menatap Emak yang sedang duduk menulis mencatat menu-menu sehat untuk keluarga di meja makan.

“Makan dong, Mak! Tadi Ayah makannya sedikit,” pinta Ayah. Matanya mengedip menggoda. Emak tersenyum dan mengangguk. Tangannya sibuk membereskan kertas-kertas dan penanya lalu meletakkannya di atas kulkas.

Emak segera menyiapkan makanan untuk Ayah setelah menghangatkannya sebentar. Setelah menyediakannya, Emak pun duduk menemani Ayah makan.

“Loh, Emak gak makan?” tanya Ayah bingung saat menyendok nasi.

“Udah tadi siang. Masih kenyang,” jawab Emak.

“Aah, mana enak makan sendirian? Udah deh, Emak makan aja lagi. Ayah gak semangat nih.” Wajah Ayah terlihat kecewa.

Emak menghembuskan napas. “Iya iya, Emak makan deh!” dan Emakpun mengambil piring lagi untuk menemani Ayah makan.

Tepat ketika makan malam tiba, Emak bersyukur bisa melewatkannya karena anak-anak memilih makan bersama Ayahnya. Emak harus menidurkan Ade yang jam tidurnya lebih cepat malam itu karena ia kelelahan setelah sorenya diajak Emak berolahraga. Olahraga merupakan program dari rencana Diet!!! Emak.

Namun setelah makan malam, datang kakek dan Nenek. Anak-anak yang hendak berangkat tidur, langsung berlompatan bangun kecuali Ade yang sudah tertidur pulas.

Dengan sigap, Emak segera menyediakan makan malam untuk Kakek dan Nenek.

“Pak, Bu. Makan dulu yuk!” ajak Emak pada Kakek dan Nenek yang sedang mengobrol bersama Ayah.

"Anak-anak bobo ya sekarang! Besok saja main sama Kakek dan Nenek. Oke?” kata Emak tegas. Bahu anak-anak merosot kecewa, namun kaki mereka tetap melangkah masuk kembali ke kamar mereka masing-masing setelah mencium pipi Nenek. Ayah menemani mereka masuk ke kamar.

“Kamu udah makan, Nduk?” tanya Nenek pada Emak yang hanya duduk di meja makan, tangan Nenek sibuk melayani Kakek. Emak hanya mengangguk.

“Ayo makan lagi saja sini, temani Ibu sama Bapak. Sudah lama kan kita tak makan bersama,” ujar Kakek.

Emak diam sebentar. Tak seperti tadi siang, Emak ingat program Diet!!!nya. “Tapi… “ suara Emak ragu.

“Udah gak sayang ya sama Bapak Ibu lagi? Sampai nemani makan aja gak mau.” Kakek menatap Emak. Wajah tuanya mengharapkan agar sang putri kesayangan mau menemaninya.

Emak tersenyum. “Aduh Pak, tentu saja saya sayang banget sama Bapak Ibu. Iya deh, Pak. Saya makan juga.” Akhirnya Emak hanya bisa mengiyakannya. Bapak dan Ibu jarang datang, kasihan kalau dikecewakan.

“Nah gitu dong, nak! Bapak jadi tambah selera ditemani putri kesayangan Bapak,” ujar Kakek. Senyum lebar tersungging di bibirnya, bahagia karena merasa masih diperhatikan putrinya. Walaupun Emak harus lagi-lagi membatalkan programnya.

Hari itu Emak benar-benar gagal mengikuti program makan Diet!!!nya. Esoknya juga sama, karena Ade menghabiskan roti gandum Emak, lalu malamnya Kakek dan Nenek mengajak makan seluruh keluarga di restoran favorit mereka. Hari ketiga tak ada bedanya. Emak tak mau menyia-nyiakan donat yang dibelikan Ayah khusus untuknya dan anak-anak. Soal makan siang dan makan malam, akhirnya Emak tetap makan seperti biasa karena anak-anak mengira Emak sedang sakit kalau ia bertahan tetap makan sedikit.

Setelah seminggu Emak kembali menimbang berat badannya. Ia tak lagi kaget saat melihat tak satu onspun beratnya berkurang hari itu. Mengingat apa yang dimakannya selama seminggu, Emak tak yakin bisa melanjutkan dietnya. Emak ingin punya berat badan yang normal, tapi Emak tak mau mengorbankan perhatian pada orang-orang yang disayanginya.

Diet!!! pun gagal. Jangankan Diet!!! dengan tanda seru tiga, menjalankan diet biasa saja susah. Emak pun menyerah.

Gagal tak masalah. Emak tak mau berpusing-pusing tentang berat badan asalkan Emak sehat. Toh ketika ditanya, Ayah malah bilang, “Emak seksi kok kalau gemuk.”


*****

0 comments:

Post a Comment

© Ruang Cerita, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena